Senja Tak Bertuan
Senja tak pernah mau menunggumu. Senja pergi begitu saja dengan mengantarkan malam yang sunyi. Bahkan ia tak pernah bertanya tentang kesunyian malammu itu.
Katakan kepada kenangan: “Kita pernah bersama, tapi waktu yang membuat kita berbeda”
~Salah satu hal yang bisa mengingatkan tentang kenangan adalah rindu.~
Katakan kepada kenangan: “Kita pernah bersama, tapi waktu yang membuat kita berbeda”
~Salah satu hal yang bisa mengingatkan tentang kenangan adalah rindu.~
Aneh rasanya, akhir-akhir ini aku merasakan sesuatu yang gak biasa dari diriku. Setiap senja menyapa, selalu saja perasaan ini datang menghantuiku. Ntahlah, setelah sekian lama kita berpisah, rasa itu kembali datang.. Tuhan kenapa ini? Aku takut Tuhan dengan perasaan ini.
Nama gue Rani, kalau ditanya penampilan? Wah jangan ditanya lah, Maudy Ayunda aja kalah sama gue.
“Rani, cepat turun ke bawah, buruan sarapan, udah jam berapa ni? Ga sekolah kamu?” panggil mama. “i,, iya ma... bentar lagi Rani turun” jawabku.
O iya gaes, gue ini siswa di salah satu SMA favorit dekat rumahku, selain cantik dan fashionable, gue orangnya juga pintar. Ya wajarlah, siapa sih yang ga mau dengan gue? Udah Pintar, cantik, trus fashionable pula, tinggal pilih dah anak sultan pun bisa gue ambil kalau mau. Tapi anehnya, dalam hubungan percintaan, gue selalu aja gagal. Ya hampir setiap bulan gue bisa dibilang ganti pacar trus, ntahlah ada aja yang gue gak suka dari pasangan gue itu, ntah dia hidungnya terlalu mancung, badannya baulah, giginya berbehel lah, badannya pendeklah, nafasnya baulah dan semacamnya. Pokoknya ada aja dah yang buat gue putus. Intinya gue orangnya punya standar tinggi banget buat nyari pasangan. Gue sebenarnya pengen banget kaya teman-teman gue yang pacarannya lamaaaaa banget, hingga bertahun- tahun (btw ini pacaran atau kredit motor yakk? kok lama amat). Tapi dibalik gonta-ganti pasangan gue, sejauh ini ada 1 pengalaman pacaran yang paling berkesan dan bahkan masih gue ingat hingga kini. Dia adalah Rio, cinta pertamaku. Cowok yang cool, berbadan atletis, macho, pokoknya mah idaman bangett...
Awal perjumpaan kami pada saat itu dikala hujan senja menyapa diriku. Pada senja itu, aku sedang duduk diam di halte bus sembari menunggu jemputan dari supir pribadiku. Hujan sangat deras tanpa pernah peduli dengan diriku.. Dingin rasanya kala itu, ku hubungin supir pribadiku berulang kali, namun tidak ada respon sama sekali. “Ah kemana lagi pak udin nih, ntar kalau dia jemput kumarah-marahi dia, habis dia kucaci maki!”. Ujarku sambil menggerutu. Tak lama setelah itu, datanglah seorang pria dengan motor besar berwarna merah menghampiri ku.
“Hai kamu Rani ya?” tanya pria itu. Pada saat itu aku terdiam termenung “ Gilaaaa, malaikat dari mana ni, ganteng bangeeettttt?” Teriak ku di dalam hatii.
Karena tidak ada respon dariku, pria itu kembali menyapa “Hey,, heyyy” pria itu sambil melambaikan tangannya ke depan mataku. “I... iya mas, ada apa?” sambil tertunduk malu untuk menatapnya. “Kamu belum pulang?, kok sendirian aja, udah mau malam nih? Mau ikut bareng?” Tanya dia padaku.
“Iya mas, nih lagi nunggu jemputan, belum dijemput dari tadi, udah coba dihubungin tapi ga diangkat-angkat” ujarku. “Jangan panggil aku mas dong, umur kita sebaya. Perkenalkan nama ku Rio, dari IPA 3. Dirimu Ranikan?” Sambil menyodorkan tangannya. “Iya, nama ku Rani, eh by the way kamu tau darimana namaku Rani?” Tanyaku. “Hehehe, siapa sih yang ga kenal Rani?,cewe kalem, cantik, pintar pula tuh” puji dia. Setelah itu kami bicara panjang lebar mulai dari alamat, kesukaan, bahkan sampai hobi. “Eh, udah mau azan nih, dirimu belum dijemput jugak, pulang bareng aja yuk, rumah kita kan searah” ajaknya. “Boleh, tapi pelan-pelan ya bawanya, aku takut naik motor.” Jawabku. “Siap bos, o iya ni pake jaketku biar kamu ga kedinginan” sambil memasangkan jaketnya ke diriku.
“Okey tuan putri, ayo kita berangkat” sambil menghidupkan motornya. (Sambil teriak di dalam hatiku) “ Tuhan, terima kasih dengan nikmatmu, jaga momen kebersamaan ini Tuhan, jangan kau lepas waktu ini. Ini sangat indah bagiku, setidaknya sampai mentari kembali bersinar esok”.
Ya itu lah cerita singkat awal pertemuan kita. Jujur hari itu aku merasakan hari yang paling terindah dalam hidupku. Hari dimana aku benar-benar menemukan arti kata cinta yang sesungguhnya. Berawal dari pertemuan singkat itu, hari demi hari kita selalu menghabiskan bersama. Ntah itu untuk membahas tugas, ataupun hanya sekadar pertemuan biasa. Lambat laun hari demi hari tlah berlalu, timbul rasa asmara di didalam diriku. Rasaku makin bergelora dan bergejolak kuat. “Please deh Ran, lo jangan jatuh cinta dulu. Karirmu masih panjang, masih banyak mimpimu yang belum lo capai Ran. Ingat mimpi mu itu” (sambil berbicara di dalam hati)
Saat itu, aku benar-benar belum pernah pacaran sama sekali. Ya jujur, itu lah rasanya pertama kali aku jatuh cinta. Sebelumnya aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini, ya jadi agak aneh dengan perasaan ini. Aku masih bingung, apakah ini benar cinta, atau hanya sebatas kagum aja.
-10 Januari-
Bicara tentang 10 Januari adalah hari yang paling berkesan di dalam hatiku. Setelah sekian lama bersama, Rio akhirnya menembakku pada hari itu. “ Ran, aku jatuh cinta kepadamu, sudikah kamu menjadi pendamping hidupku?, kita sekolah dulu sampai tamat, setelah ini aku meminangmu. Aku janji itu. Aku siap menafkahi kamu, aku akan bekerja di perusahaan papaku setelah lulus. Jadi kamu jangan takut dengan masa depanku”. Sambil menyodorkan sebuah cincin kepadaku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menerima pinangan itu “I... iya, aku mau Yo”, jawabku. Ya itulah awal kisah aku berpacaran. Berpacaran dengan orang yang ku kenal di sebuah halte kala hujan senja.
18 Januari
Hari itu aku berulang tahun yang ke 19 tahun, rencananya pada malam hari itu, aku akan mengadakan pesta ulang tahun dirumahku. Ucapan selamat ulang tahun banyak diberikan oleh teman-temanku. Kado-kado besar pun aku terima. Tapi tidak dengan si Rio. Ntah mengapa, dia tidak ada mengucapkan ulang tahun kepadaku, bahkan disekolah dia bersikap biasa saja, ntah sengaja atau benar-benar lupa. “Yo jangan lupa nanti malam jam 7 tepat kerumah ku, jangan telat ya, soalnya ada acara keluarga”(sengaja aku berbohong perihal acara) ujarku. “Oke” jawabnya cuek kepadaku. Ntah mengapa, hari itu aku dibuat kesal karena kecuekkannya. Ah masa bodo lah dengan sikap dia.
Ketika malam tiba dan acara pun akan segera dilaksanakan, disaat aku sedang duduk menyambut tamu “Aduhh, mana lagi si Rio nih?, udah jam segini belum datang juga” sambil menggerutu cemas. “Rani, udah boleh kita mulai acaranya?” tanya papa. “setengah jam lagi deh pah. Aku lagi nunggu orang, lagian ini cuaca masih hujan, mungkin ada tamu lagi yang mau datang” jawabku. “Oke deh” jawab papa. Setelah setengah jam Rio tak kunjung datang, aku menerima sebuah telpon dari perempuan tak dikenal.
“Halo, selamat malam, ini dengan Rani?” tanya wanita itu padaku. “Iya benar, maaf ini siapa ya?”
“Ran, maafkan Rio ya selama ini kalau dia banyak salah padamu. Rio udah ga ada Ran, Rio tadi kecelakaan waktu dia mau pergi ke acara ulang tahunmu. Ini kak Riana Ran, kakaknya Rio” ujar si penelpon. “Tssss,,,,” hanphoneku terlepas dan jatuh dari genggaman ketika mendengar berita itu dan seketika, malam itu mendadak sepi, seolah-olah semuanya berhenti. Hati ini, begitu berkecamuk didalam raga, aku hanya bisa diam seribu bahasa. Bergegas aku mengambil tas dan segera berangkat menuju rumah Rio. ”Tuhan,, aku berharap ini mimpi.. Ini tidak benar terjadi pada diriku Tuhan.” Sembari menangis ketika didalam mobil.
“Pak Udin, bisa tolong bawakan saya ke rumah Rio” ujarku sambil menangis “Baik Non” jawab pak Udin. “Agak cepat ya pak bawa mobilnya” ujarku kembali, “siap non”. Balas pak Udin. Dan aku pun berangkat ke rumah Rio. Setibanya di kediaman Rio, bendera kuning sudah berkibar di depan rumahnya. Tangisku pun semakin pecah ketika aku masuk kerumahnya, kuliat jasad itu. “Oh Tuhan, itu benar Rio” aku masih berharap, kejadian malam itu adalah mimpi bagiku. Tak lama setelah itu aku jatuh pingsan.
Setelah siuman, aku melihat kak Riana sedang di depanku, sambil memberi surat kepadaku yang dimana isinya.
Rani, selamat ulang tahun ya calon ibu dari anak-anakku. Maaf tadi aku cuek padamu. Jangan suka ngambek lagi ya,. Terima kasih telah bersamaku, tetaplah menjadi dirimu, jangan pernah kata kita berubah menjadi aku dan dia. Aku akan menjagamu, sebagaimana aku akan menjaga diriku. Aku janji, aku ga akan pergi dari hidupmu, kecuali Tuhan memanggilku. Aku janji itu. Selamat ulang tahun Rani. Aku sayang padamu.
Dan setelah itu, akhirnya Rio pun dimakamkan. Rio pergi tepat dimana aku berulang tahun. Tuhan secepat itu kah kau ambil dia? terima kasih Tuhan, kau telah memberikan kesempatan untuk kami bersama, untuk kami membuat cerita. Ya bagaimanapun, dia pernah ada, dan kami pernah bersama. Kami telah membangun sebuah cerita yang takkan pernah hilang dimakan masa. Biarlah ini menjadi kisahku, kisah kelamku, kisah yang menjadi akhir cerita tentang hubungan kita. Itulah menjadi alasan kenapa aku banyak memilih dalam menentukan pacarku yang sekarang. Aku ingin pasanganku seperti Rio. Egois? Memang kata itu yang tepat menggambarkan diriku, mengharapkan yang tidak mungkin.
Dan kembali, senja ini mengingatkan ku tentang sebuah kisah. Dimana senja ini telah berbeda, senja tak bertuan namanya.
Comments
Post a Comment